Kamis, 09 Juli 2009

Pemimpin Realistis dan Berdedikasi

Kurang dari sebulan lagi Indonesia akan memilih pemimpin baru untuk masa bakti 2009-2014. Artinya, nasib bangsa ini akan ditentukan dengan munculnya sosok pemimpin baru yang menang dalam pemilu 8 juli mendatang. Untuk itu, masyarakat dituntut untuk menjadi pemilih yang bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakan hak pilihnya.

Pemilih yang bijak dan bertanggung jawab merupakan pemilih yang mengetahui visi misi, tujuan, program kerja, dan cita-cita yang diperjuangkan calon presiden untuk Indonesia di masa baktinya. Menjadi pemilih yang bijak dan bertanggung jawab memang bukan perkara yang mudah. Pasalnya, pemilih harus mengetahui secara detail mengenai pasangan calon yang ada. Yang menuntut kepedulian pemilih dalam memerhatikan setiap kampanye dan debat yang melibatkan ketiga pasangan capres, dan cawapres.

Dalam pemilihan presiden mendatang ada beberapa masukan yang bisa dipersiapkan pemilih sebelum melakukan pencontrengan. Pertama, pemilih harus mampu menilai pasangan capres dan cawapres yang realistis. Maksudnya, janji-janji yang dipaparkan capres dan cawapres harus yang dapat direalisasikan. Berdasarkan pengalaman pemilu yang lalu, janji-janji pasangan capres dan cawapres hanya tinggal janji tanpa ada realisasi nyata dalam peningkatan perekonomian dan kesejateraan masyarakat.

Harus Realistis, Menyentuh Permasalahan

HANYA beberapa hari lagi Indonesia akan memilih pemimpin baru untuk masa bakti 2009–2014.Artinya, nasib bangsa ini akan ditentukan dengan munculnya sosok pemimpin baru yang menang dalam pemilu 8 Juli mendatang.

Untuk itu,masyarakat dituntut untuk menjadi pemilih yang bijak dan bertanggung jawab dalam menggunakan hak pilihnya. Masa depan bangsa akan bertumpu pada para pemilih,yakni segenap rakyat Indonesia.Pemilih yang bijak dan bertanggung jawab merupakan pemilih yang mengetahui visi misi,tujuan,program kerja,dan cita-cita yang diperjuangkan calon presiden untuk Indonesia di masa baktinya.

Belajar Berdemokrasi dari Amerika

Pesta demokrasi semakin dekat, dimana pada 8 Juli nanti akan diselenggarakan pemilu untuk menentukan presiden dan wakil presiden periode 2009-2014. Dimana dengan ditentukannya masa kampanye oleh KPU berarti genderang persaingan telah ditabuhkan. Sejak saat itu, ketiga pasangan capres dan cawapres kian sibuk dengan strategi dan persiapan kampanye guna menarik dukungan rakyat.

Perebutan RI-1 yang kian memanas membuat saling sikut antar pasangan capres dan cawapres tidak terelakan lagi. Dimana masing-masing pasangan akan mempromosikan programnya dan mengkritik program pesaingnya. Kondisi ini tidak jarang menimbulkan gesekan antar pasangan capres dan cawapres. Dalam mengatasi permasalahan tersebut Indonesia harus belajar dari penyelenggaraan pesta demokrasi di Amerika.

 Beberapa bulan lalu, Amerika Serikat telah menyelenggara gelaran pesta demokrasi yang menobatkan Barrack Obama sebagai presiden. Dalam persaingan perebutan kursi keprsidenan Barrack Obama dan Mc. Cainn saling serang satu sama lain. Hal itu tampak dalam dialog terbuka yang melibatkan keduanya dan seorang moderator. Dimana Obama dengan dukungan partai demokrat berusaha meningkatkan peran pemerintahan, dengan memotong pajak bagi masyarakat kecil. Sedangkan, lawan politiknya mengemukakan pendapat yang berbeda, Mc Cainn berjuang agar pajak korporasi di turunkan agar produksi meningkat.

Senin, 06 Juli 2009

Neoliberlaisme vs Ekonomi Kerakyatan (Pancasila)

Neoliberalisme adalah sistem ekonomi untuk orang-orang yang kaya, dan ekonomi Pancasila (Kerakyatan) adalah sistem ekonomi yang tepat untuk negara ini

Mungkin kata-kata diatas sudah bosan kita dengar, terlebih di media elektronik akhir-akhir ini terbentuk forum yang sangat jelas menentang neoliberalisme dengan mewancarai masyarakat Indonesia mengenai sistem tersebut.

Saya sebagai mahasiswa Ilmu Ekonomi UGM, terkadang merasa tergelitik dengan mudahnya masyarakat kita dibodohi oleh media, terlebih mengenai ekonomi.

Neoliberalisme terlahir dari konsensus ekonomi yang pada tahun 1980-an dibentuk oleh para ekonom yang berasal dari tiga negara besar yang pada saat itu terkena dampak yang paling besar dari krisis ekonomi yang terjadi, yaitu Meksiko, Brasil, dan Argentina, disusun di Washington, dan masing-masing berasal dari IMF, World Bank, dan Departemen Keuangan Amerika Serikat.

Lalu tersusun konsensus, yang dirumuskan ,menjadi 10 elemen, terlalu panjang jika saya jelaskan satu-satu, saya hanya akan mengambil 3 elemen penting (menurut pak A. Toni Prasentiatono), yakni 1) kebijakan fiskal yang disiplin dan konservatif;
(2) privatisasi BUMN; dan (3) liberalisasi pasar atau market
fundamentalism.